Bagaimana Sukses Memimpin di Era Digital dan Generasi Millennial?

Masih menjadi hot issue bagi para praktisi bisnis dan manajer sumber daya manusia, bahwa generasi milenial sebentar lagi akan mendominasi posisi-posisi strategis di perusahaan. Memimpin generasi ini punya keunikan tersendiri. Teori-teori kepemimpinan dan praktik performance management yang selama ini seolah sudah mengakar mulai terusik. Jika dulu pemimpin diposisikan sebagai pengambil keputusan mutlak, saat ini hak tersebut mulai dibagikan kepada para bawahan. Yang lebih unik lagi, beberapa perusahaan sudah meninggalkan Performance Appraisal yang justru bagi sebagian perusahaan merupakan ritual tahunan yang sakral.

Mengapa demikian? Kehadiran generasi ini mampu merubah cara para pemimpin dalam menjalankan operasional organisasi perusahaan. Diperkirakan pada tahun 2020, generasi milenial yang lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2000-an ini, menempati dunia kerja mencapai angka 50% dari total angkatan kerja. Angka ini tentunya sangat berpengaruh terhadap cara kerja maupun tata kelola perusahaan. Saat ini saja, kita sudah merasakan perubahan yang sangat signifikan dari cara melakukan pekerjaan.

Para pemimpin dituntut untuk fleksible pada satu sisi dan tegas pada sisi yang lain. Kemunculan generasi milenial sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Internet sebagai salah satu media penghubung informasi dari berbagai belahan penjuru dunia. Pada tahun 2016 telah dilakukan sebuah survey tentang jumlah penduduk yang sudah terpapar internet, angkanya sungguh menakjubkan, yaitu 132,7 juta dari 256,2 juta penduduk di Indonesia sudah terpapar internet. Informasi ini yang kemudian diserap oleh generasi yang baru lahir ke dunia yang belakangan ini kita sebut sebagai generasi milenial. Terdapat hubungan sangat erat antara dunia digital dan milenial. Muncul sebuah pertanyaan, apakah digital yang melahirkan milenial atau milenial yang melahirkan dunia digital?

Dilihat dari proses pembentukan sikap dan perilaku manusia, terdapat beberapa tahapan. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

Adanya fakta yang dicerap oleh otak melalui panca indera. Sampai disini otak manusia belum mampu melakukan apa-apa termasuk berfikir untuk menghukumi atau melakukan tindakan. Otak manusia mampu berfikir setelah terlebih dahulu mendapatkan informasi awal sebagai bahan dasar untuk mempertimbangkan sesuatu yang pada akhirnya menjadi sebuah tindakan, tindakan yang terus dilakukan akan menjadi suatu kebiasaan, yang jika terus dilakukan maka akan menjadi karakter. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan berfikir adalah proses pencerapan materi ke dalam otak memalui panca indera yang kemudian dikaitkan, dihukumi, dan dibenarkan oleh informasi yang diperoleh sebelumnya.

Cara berfikir ini bersifat tetap, dan yang mengalami perubahan hanyalah medianya. Ya, media yang menjembatani tersampaikannya informasi ke dalam pikiran generasi milenial. Kemudian, media ini yang kita kenal sekarang dengan sebutan teknologi informasi (IT) terus berkembang seperti manusia, dan sampai saat ini di klaim sudah mau memasuki masa dewasa dimana akhirnya akan ada penyatuan antara teknologi informasi dan manusia. Manusia akan sangat sulit dipisahkan dari penggunaan teknologi, karena teknologi akan merasuk ke dalam semua sendi kehidupan.

Terdapat lima fase perkembangan teknologi yang layak kita perhatikan:

Fase I : Surfacing 1950 – 1995
Tahap ini diawali dengan diperkenalkannya Personal Computer (PC) yang diikuti dengan diperkenalkannya internet pada tahun 1990-an. Hadirnya Personal Computer dan internet merubah cara manusia bekerja dan mengelola informasi.

Fase II: Organizing 1990 – 2015
Tahap berikutnya, setelah manusia merubah cara mengelola informasi, berikutnya bagaimana teknologi ini menghadirkan cara agar informasi tersebut mudah diakses dari berbagai perangkat, kapanpun, dan dimana pun. Cara berfikir seperti ini yang kemudian melahirkan smart phone yang mampu mengakses berbagai informasi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kehidupan. Saat ini, smart phone sudah menjadi perangkat yang wajib dimiliki oleh para eksekutif yang tanpa keberadaannya, akan sulit baginya untuk mengakses informasi yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bisnis.

Fase III: Extracting 2010 – 2025
Fase ini diawali dengan berkembangnya web yang semakin cepat diakses dan mampu menghadirkan informasi sesuai dengan kebutuhan. Kemudian berkembanglah search engine (mesin-mesin pencari berbasis website). Perpaduan kecepatan akses, jangkauan luas, dan terintegrasinya berbagai aplikasi yang biasa terdapat pada PC yang saat ini juga hadir di smart phone, menghadirkan cara kerja baru bahwa manusia mampu melakukan 1 hal yang sama secara bersama-sama melalui perangkat yang berbeda lokasi di seluruh dunia secara online. Tentunya ini sangat mempermudah dalam melakukan berbagai bekerjaan yang membutuhkan konektifitas tinggi dari berbagai lingkungan berbeda.

Fase IV: Anticipating 2020 – 2035
Teknologi semakin cerdas dan oleh karenanya ia dapat mengerti dan memahami kebutuhan manusia. Ia mampu merespon pertanyaan manusia dengan presisi. Hadirnya chat bots dan virtual assistant merupakan ciri utama dari fase ini. Teknologi bekerja secara mandiri tanpa harus melihatkan sentuhan manusia kecuali di awal penciptaannya atau masa operasinya.

Fase V: Elevating 2030 – 2050
Fase terakhir ini sangat menakjubkan. Teknologi tidak hanya menjadi alat fisik untuk memotong, mengangkat, atau melakukan pekerjaan fisik, melainkan sudah masuk ke ranah pemikiran. Mesin cerdas buatan mampu menggantikan dan menemani berfikir manusia. Hadirnya robot-robot yang mampu berinteraksi secara langsung dengan manusia, dan konon menurut prediksi, pada fase ini, manusia mampu mengunggah fikiran dan idenya ke cloud, tentunya ini sangat luar
biasa.

Dari sini dapat kita tahu bahwa cara berfikir generasi milenial yang berbeda dari generasi sebelumnya tidak lain adalah karena rangkaian informasi yang dihadirkan di sekelilingnya. Melihat cara berfikir dan karakter generasi milenial dalam mendapatkan informasi, tentu tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk menggunakan cara lama dalam kepemimpinannya.

Di era digital, para pemimpin harus dekat dengan perubahan dan karena perubahan peradaban manusia terjadi secara cepat. Mindset pemimpin dengan cara lama harus mengalami perubahan. Digital Mindset dan Disruption mindset kiranya harus sudah dimiliki oleh para pemimpin. Pertanyaannya, mengapa banyak posisi-posisi strategis kini ditempati oleh generasi milenial? Apakah ini terjadi karena semata-mata saat ini memang sudah masanya mereka untuk memimpin? Lalu bagaimana dengan para pemimpin dari generasi sebelumnya, apakah akan usang begitu saja digeser oleh generasi saat ini? Dan apakah bisa para pemimpin generasi sebelumnya berevolusi menjadi pemimpin yang sukses di era digital?

Siapa pun pemimpinnya, dari generasi mana pun, tentunya harus beradaptasi dengan karakteristik lingkungan yang ada saat ini, yaitu era digital dengan para penghuninya yang disebut generasi milenial. Lalu, bagaimana cara sukses memimpin di era digital? Ulasan tentang great practice ini akan kita ulas pada bagian ke dua tentang bagaimana sukses memimpin di era digital bagian II.

Pada kesempatan ini, masih dalam suasana Idul Fitri 1439 H, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H. Mohon maaf lahir dan bathin. Semoga ibadah kita, diterima oleh Allah SWT. Amiiin.

Bagi Anda yang masih punya sisa-sisa hari libur, selamat menikmati liburan bersama keluarga tercinta.

Leave a Reply

See our gallery
Ingin mendapatkan sharing pengalaman kami saat menaikkan kinerja perusahaan 3 kali lipat melalui HR Transformation?

Consult for Free?

Open Chat
1
Ingin bertanya dan berkonsultasi tentang cara meningkatkan kinerja tim di perusahaan Anda?